Di era sebelum ada AC, ‘skywell’ – lubang di langit-langit – di wilayah China selatan berperan penting dalam menjaga rumah tetap sejuk. Dapatkah mereka melakukannya lagi saat ini?
Rumah-rumah tua China bagian pekarangan atau teras adalah tempat yang tepat untuk ditinggali di hari yang panas dan lembap, dengan lubang angin dan area atap terbuka membuat kesan lapang, sejuk dan teduh.
Atap rumah yang terbuka membantu menciptakan efek pendingin suhu ruangan yang alami. Penelitian telah menemukan bahwa secara signifikan suhu menjadi lebih rendah ketimbang di luar, hingga 4.3 derajat Celsius, di dalam beberapa atap yang terbuka di China bagian selatan.
Perkembangan urbanisasi di Cina yang berkembang pesat, menjadikan sedikit dan semakin sedikitnya orang yang tinggal di tempat tinggal dengan atap yang terbuka – flat-flat ber-AC di gedung bertingkat dan blok-blok menara merupakan bentuk utama rumah-rumah saat ini.
Tetapi kebangkitan kembali minat pada arsitektur tradisional China menyebabkan beberapa bangunan bersejarah dengan atap terbuka dipugar untuk zaman modern.
Sementara itu, karena dorongan pemerintah telah membuat inovasi rendah karbon di sektor bangunan menjadi tren di negara tersebut, beberapa arsitek terinspirasi dari atap yang terbuka dan fitur arsitektur tradisional China lainnya untuk membantu menjaga agar bangunan baru tetap sejuk.
Bentuk yang berbeda dari halaman di China utara, atau “yuan zi” (院子), yaitu atap yang terbuka (skywell) lebih kecil dan kurang terekspos ke lingkungan luar.
Atap-atap terbuka itu biasanya terlihat di rumah-rumah yang berasal dari Dinasti Ming (1368-1644) dan Qing (1644-1911), yang dirancang untuk menampung berbagai generasi dari kerabat-kerabat, menurut sebuah makalah yang diterbitkan oleh Journal of Nanchang University di China tahun 2010.
Meskipun ukuran dan desain skywell bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, bentuknya hampir selalu persegi panjang dan terletak di tengah rumah.
Lubang itu tertutup oleh kamar di empat sisi atau tiga sisi ditambah dinding. Beberapa rumah besar memiliki lebih dari satu atap yang terbuka (skywell).
Atap-atap terbuka (skywell) itu relatif umum di tempat tinggal-tempat tinggal bersejarah di petak-petak besar China selatan dan timur, seperti Sichuan, Jiangsu, Anhui dan Jiangxi.
Beberapa yang paling terpelihara dapat ditemukan di Huizhou (徽州), wilayah bersejarah yang terbentang antara Anhui modern dan Jiangxi.
Atap-atap terbuka (skywell) dirancang untuk mendinginkan bangunan, jauh sebelum ada era AC.
Ketika angin bertiup di atas rumah beratap terbuka (skywell), hembusannya dapat memasuki ruangan melalui bukaan itu.
Karena udara dari luar seringkali lebih dingin daripada udara di dalam ruangan, angin sepoi-sepoi masuk dari dinding ke lantai yang lebih rendah dan menciptakan aliran udara dengan menggantikan udara dalam ruangan yang lebih hangat naik dan keluar melalui bukaan.
Yu Youhong, merupakan salah satu warga yang telah menghabiskan lebih dari 30 tahun merestorasi rumah beratap terbuka (skywell) di daerah Wuyuan provinsi Jiangxi, bagian dari Huizhou lama.
Sebagai pewaris warisan budaya bukan benda yang diakui oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, ia telah memperoleh banyak pengetahuan tentang atap terbuka (skywell).
Dia mengatakan bahwa tujuan utama atap terbuka (skywell) adalah untuk memungkinkan masuknya cahaya, meningkatkan ventilasi, dan memanen air hujan.
Di Huizhou, atap terbukanya kecil tapi tinggi, dan ruangan di sekitarnya dapat menghalangi sinar matahari di hari yang panas, memungkinkan bagian bawahnya tetap dingin, tambahnya.
Sedangkan udara panas di dalam rumah bisa naik dan keluar melalui bukaan di atas lubang di atap (skywell), yang “berfungsi seperti cerobong asap”.
“Lantai dasar rumah-rumah di Huizhou lama biasanya memiliki langit-langit yang sangat tinggi dan langsung menghadap ke langit, bagus untuk ventilasi,” kata Yu.
“Beberapa keluarga kaya memiliki dua atau bahkan tiga lubang di atap (skywell), memungkinkan mereka memiliki ventilasi yang lebih baik.”
Meski bangunan-bangunan dengan lubang di atap sudah ada di China selama ratusan tahun, namun belakangan ini sering dilupakan oleh mereka yang lebih menyukai fasilitas modern.
Namun, selama dua dekade terakhir, karena kebangkitan arsitektur tradisional China, bagian dari kebangkitan budaya tradisional China yang lebih luas, gedung-gedung dengan lubang di atap telah kembali.
Salah satu rumah dengan lubang di atap yang dipugar oleh Yu terletak di desa Yan, di Kabupaten Wuyuan.
Sebuah rumah berusia 300 tahun yang pernah terbengkalai itu dibeli oleh Edward Gawne, mantan direktur pemasaran dari Inggris, dan istrinya yang berkebangsaan China, Liao Minxin, pada 2015.
Pasangan itu mengubah rumah tiga lantai itu menjadi hotel butik dengan 14 kamar, dengan bantuan Yu.
Meskipun Gawne dan Liao memasang AC di semua kamar, mereka mempertahankan ruang komunal yang mengelilingi lubang di atap (skywell) dalam keadaan aslinya: tidak tertutup dan memiliki aliran udara alami.
Gawne mengatakan bahwa meskipun tanpa AC, area ruang dengan lubang di atap sangat nyaman di musim panas.
Yu mengatakan bahwa dia berharap lubang di atap, sebagai fitur arsitektur, menjadi “semakin populer” di kalangan generasi muda karena fungsi ventilasi dan pencahayaannya, terutama karena keberlanjutan menjadi elemen penting untuk bangunan baru.
Bahkan ketika tidak ada angin alami, di dalam rumah tetap ada sirkulasi udara karena “efek cerobong asap” dari lubang di atap. Perbedaan suhu antara bagian atas dan bawah skywell berarti udara hangat di dalam skywell naik, menarik udara yang lebih sejuk dari kamar ke bagian bawah skywell.
Rumah-rumah dengan lubang di atap tradisional yang lebih jauh ke selatan di Lingnan (岭南), suatu wilayah bersejarah yang terdiri dari provinsi-provinsi yang modern di China, seperti Guangxi, Guangdong, dan Hainan, dan yang sekarang menjadi Vietnam utara dan tengah, memiliki lubang di atap yang lebih kecil dan lebih dalam daripada area lain karena musim panas yang lebih panjang dan lebih panas.
Sebagai ruang transisi antara kehidupan di dalam ruangan dan lingkungan di luar ruang, lubang di atas berfungsi sebagai penghambat panas yang efektif, guna melindungi para penghuni dari udara panas di luar.
Tetapi bagian terbesar dari efek pendinginan skywell sebenarnya muncul saat ada genangan air di dalam penutup.
Air yang menguap mendinginkan udara panas, sebuah proses yang dikenal sebagai pendinginan karena uap (penguapan/evaporatif) yang tercermin dengan baik di skywells Huizhou.
Di masa lalu, keluarga-keluarga di Huizhou mengumpulkan air hujan di lubang atap mereka, karena yakin tindakan seperti itu dapat melindungi dan meningkatkan kekayaan mereka.
Oleh karena itu, skywell di sini memiliki saluran-saluran di sekelilingnya untuk mengalirkan air hujan yang berasal dari atap.
Menurut Yu, beberapa keluarga kaya memiliki sistem drainase yang digali di bawah lubang atap untuk memastikan air hujan hanya keluar dari rumah setelah mengelilingi aula depan di bawah tanah.
Lubang atap Huizhou juga memiliki tong batu besar di tengahnya untuk menampung air untuk penggunaan sehari-hari dan memadamkan api.
Sebuah penelitian di tahun 2021 tentang hunian-hunian yang memiliki lubang di atap di dua desa tradisional Huizhou, menemukan bahwa pendinginan uap kemungkinan besar merupakan alasan utama suhu rata-rata di dalam skywell berkisar antara 2,6-4,3C lebih rendah daripada suhu rata-rata di luar.
Saat ini, arahan-arahan pemerintah mulai memainkan peran penting dalam kembalinya lubang atap di gedung-gedung modern.
Sejak 2013, pemerintah pusat China telah mendorong bangunan hijau yang menghemat sumber daya dan mengurangi polusi di seluruh siklus hidupnya.
Instruksi pemerintah pada 2019 mensyaratkan bahwa 70% bangunan yang diselesaikan pada tahun 2022 harus memenuhi standar “hijau”, yang mencakup serangkaian kriteria khusus, termasuk seberapa bagus penyekatan bangunan dan seberapa ramah lingkungan bahan bangunan tersebut.
Para arsitek sekarang memperhatikan arah prinsip-prinsip di balik lubang atap sambil merancang bangunan baru untuk menghemat energi.
Salah satu contohnya adalah National Heavy Vehicle Engineering Technology Research Centre di kota Jinan, China bagian timur.
Blok menara berdinding kaca dengan 18 lantai, yang selesai tahun lalu, memiliki skywell interior raksasa di tengahnya, yang membentang dari lantai lima hingga lantai atas.
Lift, toilet, dan ruang pertemuan semuanya terletak di sekitar poros ini, yang membantu meningkatkan pencahayaan dan ventilasi pusat, serta mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan, kata para arsitek, dari CCDI Group yang berbasis di Shanghai.
Di daerah Jixi di Xuancheng, bagian dari Huizhou yang bersejarah, situs bekas balai kota diubah pada 2013 menjadi museum.
Kompleks ini memberi penghormatan kepada sekelilingnya dengan arsitektur bergaya Huizhou dengan memiliki beberapa lubang atap, yang konon membawa aliran udara ke dalam dan membantu melestarikan beberapa pohon tua di situs tersebut.
Sementara itu, sebuah desa wisata terkenal di Sichuan, sebuah provinsi yang terkenal dengan musim panasnya yang panas dan lembab, memiliki serangkaian rumah bundar dengan skywell dan atap yang besar.
Beberapa gedung pencakar langit menggunakan prinsip ventilasi skywell untuk meningkatkan aliran udara tanpa membangun halaman karena alasan kepraktisan.
Dongguan TBA Tower setinggi 68 lantai di Provinsi Guandong, misalnya, membuat aliran udara alami ke setiap lantai dengan “pipa angin” internal yang berfungsi mirip dengan skywell.
Manajer umum menara tersebut mengatakan kepada surat kabar lokal bahwa tujuannya adalah untuk menjaga agar suhu bangunan tetap nyaman di musim semi dan musim gugur, hanya dengan menggunakan ventilasi alami.
“Kearifan hijau” kuno seperti lubang atap terus menginspirasi desain yang mengadaptasi iklim saat ini dan inovasi dalam pendinginan pasif, menurut Wang Zhengfeng, peneliti postdoctoral dalam bidang humaniora lingkungan di Institute for Area Studies di Universitas Leiden, Belanda, yang sebelumnya terlatih sebagai seorang arsitek .
Pendinginan pasif adalah metode yang menggabungkan desain dan teknologi untuk mendinginkan bangunan tanpa menggunakan daya listrik.
Namun, Wang menunjukkan beberapa tantangan untuk membawa lubang atap ke dalam desain modern.
Mekanisme halaman yang memfasilitasi pencahayaan alami, ventilasi, dan pengumpulan hujan sudah diketahui dengan baik, tetapi menerapkan prinsip-prinsip ini harus spesifik di lokasi, katanya.
Karena skywell tradisional memiliki bentuk, ukuran, dan fitur yang berbeda, yang sangat bergantung pada lingkungan alaminya, seperti seberapa banyak sinar matahari atau curah hujan di suatu wilayah, menambahkan skywell ke dalam bangunan modern mengharuskan desainer untuk peka terhadap konteks dan situasi proyek mereka, hal ini membuat sulit untuk menerapkannya sebagai solusi universal, jelasnya.
“Sementara itu, pencahayaan buatan, AC, dan persediaan air telah tersedia sedemikian rupa sehingga kita bergantung pada mereka tanpa memperhatikan biaya lingkungan,” tambahnya.
“Tidak mudah untuk menjadi berkelanjutan dengan belajar dari masa lalu tanpa merefleksikan perilaku kita saat ini.”
Ketika ditanya tentang mengapa lubang atap lebih menarik perhatian orang China modern, Wang mengatakan bahwa halaman juga dirancang untuk berfungsi sebagai ruang berkumpul bagi keluarga atau komunitas, dan ditambah dengan makna ritual.
“Mungkin perubahan cara hidup juga bisa memicu nostalgia gaya bangunan lama di antara orang-orang yang tinggal di beton dan hutan kaca.”
Sumber: Versi bahasa Inggiris dari artikel ini, How ancient ‘skywells’ are keeping Chinese homes cool, https://www.bbc.com/future/article/20230712-how-ancient-skywells-are-keeping-chinese-homes-cool, di lamanhttps://www.bbc.com/future/future-planet.